Suara
Pembaruan
Minggu,
17 Februari 2008
Cerpen Buat
Saya
Cerpen: Sunaryono Basuki
Ks
Siapakah saya? Aku? Atau penulisnya sendiri? Terpaksa aku membacanya. Ah, sebaiknya aku membacanya bersama pembaca. Bunyi lampiran itu sebagai berikut:
Cerpen Buat Saya
Oleh Aku
Jangan kaget membaca cerpen yang kutulis khusus untukmu, yang takkan kukirim ke majalah atau koran mana pun, tak juga kupasang di milis cerpen atau apa pun namanya. Cerpen ini mungkin kau sebut surat pribadi saja, atau apa, tetapi, memang tidak memerlukan pembaca selain kamu seorang. Pasti kamu penasaran sebelum membaca cerpen ini, siapakah aku. Apakah memang perlu mengetahui siapa aku, bukankah cerpen ini lebih penting dari siapa aku?
Cerpen akan membawakan sosok pribadi penulisnya, membawa pula gambaran masyarakat di mana penulis itu hidup. Kata orang, sebuah cerpen tak pernah mulai dari vakum. Tidak ada sesuatu pun yang mulai dengan vakum, kecuali ciptaan Tuhan yang memang tidak berasal dari apa-apa. Tuhan hanya menyebutkan, mungkin juga dalam hati: kun fayaku. Maka alam semesta berkembang, sejak milyaran tahun yang lain, dan kalau makhluk hidup mulai ada jutaan tahun lalu, sebenarnya usianya masih sangat muda, dibanding dengan alam semesta.
Di manakah kita dalam tata surya yang disebut bima sakti? The milky way? Bumi kita di mana? Bumi yang kita pijak?
Percuma bicara tentang hal yang sudah jelas, bahwa kita ada di muka bumi, bersama alam, flora dan fauna, dan juga manusia lain, bangunan, mesin-mesin, semuanya yang membuat bumi dan kita semakin tua. Dan makin tua, makin berumur, kita dituntut untuk hidup berpasang-pasangan, seperti pada zaman Nabi Nuh, yang diselamatkan berpasang-pasangan, burung, angsa, semut, gajah. Kenapa, agar, bila banjir sudah lewat, bumi tak kosong, dan dapat segera diisi dengan binatang, manusia, yang sudah bermilyar pasang. Sudah berapa pasang nyamuk sekarang beterbangan sudah berapa juta gajah? Dan aku juga ingin berpasang-pasangan sebagaimana makhluk lain, sebagaimana diperintahkan oleh Tuhan.
Jadi, kenapa kita tak berpasangan? Apa yang kita tunggu? Apakah ini sebuah
Gara-gara alasan itu tak bisa kamu terima, maka kamu menampar wajahnya saat dia mengunci kamar kosnya. Padahal kamu berada di dalam. Memang mengejutkan, tetapi kamu memang sudah bertindak dengan tepat dan cepat. Kalau tidak, mungkin apa yang kamu alami merupakan mimpi buruk yang akan kamu bawa seumur hidup. Mengapa? Sebab kamu belum siap melakukannya, dan
Kenapa dia tidak melakukannya karena dia cinta padamu, dan kalau kamu juga cinta padanya, pasti kamu akan menyerahkan dirimu dengan rasa cinta. Sakit? Kamu sering bertanya pada dirimu sendiri. Pengalaman pertama memberimu rasa sakit? Siapa yang bercerita begitu? Apa benar timbul rasa sakit? Kamu pasti sudah siap diajak bicara soal hidup berpasang-pasangan. Kalau kamu mencintai pasanganmu, dan melakukan tugas sebagai makhluk yang harus hidup berpasang-pasangan, kamu akan merasa siap dan melakukannya dengan penuh rasa cinta, dan tubuhmu memang sudah siap untuk melakukannya.
Sekarang berapa usiamu? Berapa lelaki yang sudah meninggalkanmu? Tetapi, berapa pula lelaki yang tak pernah meninggalkanmu? Kenapa mereka meninggalkanmu? Coba renungkan. Rasa takut, bukan? Kamu selalu merasa takut saat berada di samping pacar-pacarmu. Takut pacarmu akan membawamu ke hotel, atau ke kamarnya, atau ke hutan barngkali, dan akan memperkosamu. Apakah pikiran lelaki hanya dipenuhi dengan perkosaan? Pemaksaan? Mungkin dari bacaan kamu belajar, bahwa laki-laki memang suka memaksakan kehendaknya. Kamu bisa terlalu dilindungi, bisa terlalu dipunyai sehingga bahkan disapa oleh lelaki lain pun, dia akan merasa cemburu dan memarahimu bak badai menerjang wajahmu sampai matamu pedih dan mengalirkan air.
Sudahkah kamu renungkan, siapakah kamu sekarang? Wanita karier yang sukses tetapi kesepian? Atau ketakutan? Siapa lagi yang sudah meninggalkanmu? Robert, Gung Ardi, Nikelas Syahwin, Ardian Majid, Supono? Semua meninggalkanmu, tetapi siapakah yang tak pernah meninggalkanmu? Lelaki yang selalu berada di dekatmu, namun kehadirannya tak kau sadari? Sekarang, bolehkan aku melamarmu?*
*
Itu yang dapat kubaca dalam cerita pendek misterius, yang tentu lebih mirip sebuah
Tetapi, siapakah yang merasa selalu berada di dekatku? Aku tak pernah merasa ada seorang lelaki yang berada di dekatku dan tak pernah meninggalkanku. Teman-teman lelakiku di tempat kerja hampir semua sudah punya pasangan, pacar atau istri. Aku menyewa rumah sendiri dengan didampingi seorang pembantu Bik Siti dan tukang kebun Mang Komar. Keduanya sering kuserahi apa saja urusan rumah tangga. Urusan mencuci, masak, kebersihan dan keindahan kebun dikerjakan oleh mereka berdua. Bik Siti sudah menikah dan Mang Komar kabarnya juga punya calon di desanya, tetapi aku tak tahu siapa. Sering aku makan di luar karena kesibukanku, dan makanan yang sudah disiapkan dihabiskan mereka berdua. Sering aku minta maaf kepada Bik Siti masalah ini. Pasti dia tak suka kalau masakannya tak kujamah. Tetanggaku? Aku tak begitu kenal dengan mereka karena kesibukanku. Jadi, siapakah yang mengirimiku e-mail dan bagaimana dia tahu alamat e-mail-ku? Mungkin seseorang yang pernah mencuri lihat tumpukan surat-surat elektronik yang sudah dicetak, dari berbagai alamat. Urusan proyek-proyek yang kukerjakan memang sebagian diselesaikan lewat e-mail.
Aku tak tahu. Tak tahu siapa? Sampai pada suatu malam Mang Komar menyapaku:
"Capek, Bu? Kerja keras. Istirahat ya Bu."
Sapaan itu menyambarku. Lelaki itu memang hanyalah seorang tukang kebun. Badanya sehat, wajahnya selalu berkeringat karena kerja. Aku tak tahu persis asal usulnya. Tetapi, apa dia yang mengirim e-mail dan menulis cerpen untukku? Memang, selama aku pergi seharian, komputer di meja kerjaku menganggur, dan surat-surat rapi tersusun dalam map sesuai jenisnya. Bisa saja dia memakai komputerku dan juga memakai disket yang masih kosong. Toh aku tak tahu kalau disket dalam kotak berkurang satu atau dua. Tetapi, apa memang Mang Komar? Aku tak tahu dan tak berani mencari jawaban. Aku memang penakut. ***
Singaraja, 14 Juli 2007
Tidak ada komentar:
Posting Komentar